Nikotin Meningkatkan Ingatan Spasial, Pembelajaran dan Pemrosesan Informasi

Kamis, 03 Mei 2012

Shakespeare menulis bahwa “ada jiwa kebaikan di dalam segala sesuatu yang jahat, kalau saja manusia mau menyaringnya”. Kearifan yang tajam itu tampaknya sangat relevan dengan kajian-kajian belakangan ini yang membuktikan bahwa senyawa psikoaktif dalam tembakau, nikotin, punya manfaat potensial yang sangat luas bagi pembelajaran dan ingatan, dan bahkan bisa membantu mencegah penyakit Alzheimer dan parkinson. Ini telah mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk menyatukan senyawa-senyawa seperti nikotin yang mengandung temuan manfaat nikotin bagi otak tanpa disertai efek samping yang tidak diinginkan. Merokok, tidak perduli apapun yang dikatakan perusahaan tembakau untuk membuat anda percaya, benar-benar merusak dan menyebabkan berjuta-juta kematian setiap tahun melalui penyakit kanker, stroke, dan penyakit-penyakit lain. Pada saat yang sama, telah lama diketahui tembakau paling tidak mempunyai dua dampak positif pada pikiran: pertama, tembakau menimbulkan perasaan tenang dan kedua, tampaknya dapat meningkatkan ingatan dan kewaspadaan. Dampak-dampak ini dan basis neurologis mereka kini telah dikonfirmasikan dalam serangkaian eksperimen pada hewan dan manusia. Nikotin mempengaruhi otak dengan mengikat resptor-reseptor yang merasang pengeluaran banyak neurotransmiter, termasuk dopamin dan acetilkolin, dan dengan demikian memudahkan penyebaran sinyal-sinyal diantara sel-sel otak. Bukti terbaru menunjukan bahwa lokus dengan kepadatan sangat tinggi untuk reseptor-reseptor nikotin adalah hipokampus, yaitu bagian otak yang memainkan peranan paling penting dalam pembelajaran dan ingatan. Dalam tes kepada manusia, nikotin meningkatkan pemrosesan informasi dengan cepat. Dan juga meningkatkan ingatan jangka pendek, ingatan spasial, dan waktu reaksi pada pasien alzheimer. Reseptor-reseptor nikotin kortikal yang terlibat dalam tugas-tugas kognitif inilah tepatnya yang turun konsentrasinya pada pasien alzheimer, dan pemblokiran neuron akibat obat yang menghasilkan atau merespons acetilkolin telah terbukti menyerupai dampak penyakit itu pada subjek-subjek tes muda yang sehat. Bahkan ada indikasi bahwa nikotin mungkin tidak hanya meningkatkan transmisi diantara sel-sel saraf yang terlibat dalam pembentukan ingatan, tetapi juga menangkal pembentukan plak-plak beracun yang bertanggung jawab atas perkembangan penyakit alzheimer. Mengapa perokok 50% lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit parkinson ?. dengan merangsang pengeluaran dopamin, nikotin tampaknya berpotensi menurunkan resiko berkembangnya penyakit parkinson, dan menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut pada orang yang mengidapnya. Parkinson adalah penyakit degenaratif otak yang membunuh sel-sel otak yang memproduksi dopamin. Ini mengakibatkan bukan hanya sikap dingin dan tak berperasaan, melainkan juga hilangnya kendali tubuh-gemetaran dan, akhirnya, tidak mampu bergerak sama sekali. Banyak kemajuan dalam bidang penelitian neurotransmiter yang terus berkembang merupakan hasil dari meningkatnya spesifikasi obat-obatan yang berkaitan dengan neurotransmiter atau reseptor yang diikatnya. Obat-obatan yang berdampak luas dan tidak jelas disebut obat “kotor”, sedangkan versi yang lebih spesisfik dianggap relatif “bersih”. Kini, setelah potensi manfaat nikotin telah terbukti, banyak biaya penelitian yang diperuntukan bagi penyatuan senyawa-senyawa seperti nikotin yang mempengaruhi hanya resptor-reseptor yang dipengaruhi oleh penyakit tertentu. Antara lain, ini berarti menyelaraskan struktur kimia senyawa mirip-nikotin itu sehingga berinteraksi hanya dengan sel-sel otak yang relevan, dan bukan mempengaruhi sistem saraf pusat dengan cara yang tidak diinginkan. Artikel ini untuk menambah wawasan kita terhadap nikotin terkait bagi penderita penyakit Alzheimer dan parkinson.

0 comments:

Posting Komentar